100 Tahun Kebangkitan Nasional


Pada 20 Mei 1908, organisasi Boedi Oetomo berdiri, kelahiran organisasi disepakati bersama dan diperingati setiap tahunnya oleh bangsa Indonesia sebagai Hari Kebangkitan Nasional (HarKitNas). Penetapan ini bukan tanpa alasan, berdirinya Boedi Oetama merupakan patokan dimana bangsa Indonesia ketika jaman penjajahan sadar secara intelektual untuk berjuang bersama (dapat pula disebut bangkit). Pada 20 Mei 2008 ini, genap 100 tahun sudah sejak bangkit atau sadarnya bangsa Indonesia.

Peringatan hari besar seperti HarKitNas ini tentulah bukan sekedar ritual atau formalitas semata, ada tujuan-tujuan yang terkandung ketika kita memperingatinya. Dalam hal ini tentulah kita diharapkan untuk SADAR dan BANGKIT, lihat kembali keadaan negeri kita, tanah air kita, kampung halaman kita! Sudah seharusnya kita melihat lembaran sejarah dan belajar darinya, lalu kita pergunakan untuk masa depan Indonesia, untuk menjadikan Indonesia bangsa yang besar.

Pada kuliah umum Menteri Komunikasi dan Informatika Prof. Dr. Ir. H. Muhammad Nuh, DEA di Teknik Elektro ITS pada 28 Februari 2008 beliau mengatakan, " Sudah saatnya Indonesia punya kebanggaan."
Kenapa kira kira sampai seorang Menteri pun berkata demikian? Apa Indonesia sudah tidak punya kebanggaan? Bagaimana dengan dulu?

Namun pernyataan itu memang benar, dulu Indonesia bisa dibilang sangat hebat dan termasuk disegani oleh banyak negara. Presiden Soekarno dalam pidato Internasionalnya di awal kemerdekaan pernah berkata, "Kemerdekaan adalah hak semua bangsa." Cukup satu kalimat itu saja, hasilnya banyak bangsa berterimakasih pada Indonesia, Bung Karno disegani oleh banyak negara dan tentu saja, banyak bangsa mencapai kemerdekaannya. Tidak berhenti disitu, ketika dunia sedang terdiam pasca perang dunia kedua, Indonesia muncul sebagai pemimpin negara-negara Asia-Afrika dalam Konferensi Asia Afrika di Bandung pada tahun 1955. Lalu pada tahun 1958, Indonesia untuk pertama kali memenangkan kejuaraan Thomas Cup mengalahkan Malaysia!

Indonesia justru cukup disegani pada awal kemerdekaannya padahal untuk negara yang baru saja lahir, tentu tidak mudah menjadi langsung disegani. Tidak hanya prestasi Internasional Indonesia yang cukup menonjol namun juga keadaan masyarakat yang hebat. Seperti layaknya negara baru, keadaan Indonesia belum stabil dan masyarakat masih sangat menderita, namun dalam penderitaan itu, hampir semua masyarakat memiliki semangat Nasionalisme dan Persatuan yang tinggi! Terbukti dalam semangat juang tim sepakbola Indonesia yang tidak bisa dianggap enteng pada masa itu, dan juga tim Thomas Cup, tidak peduli itu orang jawa, sunda ataupun cina, mereka berjuang keras bahu membahu bersama dengan semangat Nasionalisme membara demi mengharumkan nama bangsa Indonesia dan mengibarkan Sang Merah Putih di negeri orang.

Namun kemana semangat itu sekarang? Dimana persatuan kita?
Apakah itu semua telah terganti oleh rasa saling curiga dengan tetangga kita sendiri?
Ataukah pengorbanan pada bangsa dan negara telah berubah menjadi korupsi untuk dimakan sendiri? Dan apakah kekuasaan bukan untuk membawa Indonesia lebih maju lagi?

100 Tahun Kebangkitan Indonesia, inilah saatnya, Indonesia butuh kebanggaan baru, dan kita semualah yang dapat memberikan kebanggaan itu, paling tidak dimulai dari diri kita sendiri. Coba bayangkan, apakah Indonesia bangga ada kita di tanahnya? Apa kita sudah berani mendongakkan kepala dan berkata, " Aku Warga Negara Indonesia, dan aku bangga akan negaraku.", sudahkah?



" Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sehingga mereka merubah apa yang ada pada diri mereka sendiri." (Ar Ra'd:11)